Oleh: Ade Nurpriatna, S.Ag., M.Ud (Ketua STAI Kharisma Cicurug Sukabumi).
Polemik naturalisasi pemain yang dipromosikan oleh pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong (STY), telah menimbulkan perdebatan yang luas tentang efektivitas dan dampak jangka panjangnya pada sepak bola Indonesia. Sama seperti dalam lembaga pendidikan, di mana kerjasama antardisiplin ilmu diperlukan untuk menghasilkan inovasi, sepak bola juga membutuhkan kerjasama tim yang kuat, yang kadang diperkuat dengan menyertakan elemen dari luar untuk memperkaya kemampuan tim secara keseluruhan.
STY telah mengadopsi strategi naturalisasi untuk meningkatkan kekuatan tim nasional, sebuah taktik yang sering digunakan untuk mengatasi kekurangan talenta lokal dalam jangka pendek. Ini mirip dengan lembaga Pendidikan, seperti Perguruan Tinggi yang merekrut dosen atau peneliti dari luar negeri untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan penelitian. Kedua strategi ini bertujuan untuk mempercepat pencapaian tujuan yang lebih besar dan lebih ambisius.
Keputusan STY untuk menaturalisasi beberapa pemain telah berhasil meningkatkan prestasi tim nasional, terutama dalam kompetisi internasional seperti Piala Dunia U-23 tahun ini. Keberhasilan ini dapat diibaratkan dengan keberhasilan sebuah Perguruan Tinggi ketika mahasiswa internasional atau dosen yang direkrut memberikan perspektif baru dan mendukung standar akademik yang lebih tinggi dalam pendidikan dan penelitian.
Namun, penggunaan strategi naturalisasi ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang pengembangan talenta lokal. Di sektor pendidikan, ketergantungan yang berlebihan pada tenaga pengajar dari luar bisa mengurangi kesempatan untuk pengembangbiakan tenaga pengajar domestik yang mampu memenuhi standar internasional. Hal ini serupa dengan situasi di sepak bola, di mana dominasi pemain naturalisasi bisa menghambat perkembangan pemain lokal.
STY juga menekankan pentingnya pengembangan jangka panjang dan sistematis, yang dalam konteks lembaga pendidikan, bisa diartikan sebagai pengembangan kurikulum yang adaptif dan inklusif. Pengembangan talenta muda di sepak bola harus diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang komprehensif, mirip dengan cara lembaga pendidikan mempersiapkan mahasiswanya untuk pasar global yang kompetitif.
Dalam konteks tim nasional, kerjasama tim dan sinergi antarpemain menjadi kunci untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, sama seperti dalam konteks akademik di mana kolaborasi antar disiplin membantu menyelesaikan masalah kompleks dan menciptakan inovasi. Oleh karena itu, meski naturalisasi membawa keuntungan dalam jangka pendek, penting untuk memastikan bahwa ini juga mendukung integrasi dan pengembangan kemampuan tim secara keseluruhan.
Selanjutnya, efektivitas kepemimpinan STY sering kali dikaitkan dengan kemampuannya untuk mengintegrasikan pemain naturalisasi dan lokal menjadi satu kesatuan tim yang kokoh. Hal ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang kuat dalam lembaga pendidikan, di mana pemimpin harus mampu mengintegrasi berbagai elemen dari berbagai latar belakang untuk mencapai tujuan bersama.
Evaluasi yang terus-menerus dari strategi naturalisasi harus dilakukan untuk memastikan bahwa manfaat jangka panjangnya dapat dinikmati oleh sepak bola Indonesia. Ini mirip dengan evaluasi program akademik di Lembaga pendidikan, di mana feedback dari mahasiswa dan dosen dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan berkelanjutan.
Meskipun strategi naturalisasi membawa banyak perdebatan, tidak dapat disangkal bahwa STY telah membuat perubahan signifikan dalam tim, menunjukkan bahwa inovasi dan adaptasi penting dalam menghadapi kompetisi global. Dalam pendidikan, prinsip ini berarti terus memperbaharui pendekatan pengajaran dan kurikulum untuk tetap relevan di era global.
Akhirnya, kesuksesan jangka panjang dari strategi ini akan tergantung pada keseimbangan antara memanfaatkan talenta global dan pengembangan talenta lokal, sebuah paradigma yang juga sangat relevan dalam pengelolaan sumber daya manusia di Perguruan Tinggi. Pembelajaran dari sepak bola dapat diterapkan dalam pengelolaan perguruan tinggi untuk memastikan bahwa kedua sasaran ini dapat dicapai secara harmonis.