SUKABUMISATU.COM – Wilayah Selatan Sukabumi, atau orang lebih mengenalnya dengan sebutan daerah Pajampangan, ternyata banyak menyimpan kisah mistis dan heroik yang tak kalah menarik dari kisah kisah lain yang ada di Nusantara. Salah satu kisah yang sangat menarik untuk dikulik adalah soal siapa saja Karuhun ( leluhur ) Pajampangan. Untuk sekedar mengenal dan mengenang jasa jasa para Karuhun penulis sampaikan bungan rampai Karuhun Pajampangan.
1. Embah Emas
Raden Mas Surawijangga atau lebih populer dengan sebutan Embah Emas ini termasuk salah satu Karuhun warga Pajampangan. Embah Emas adalah seorang ningrat keturunan Galuh Ciamis. Beliau adalah putra dari Adipati Jagabaya atau dikenal dengan julukan Dalem Sawidak.
Pada saat perang Pangeran Diponegoro, daerah Galuh dan Panjalu diperintah oleh Mataram. Saat itu daerah tersebut dibawah kekuasaan Belanda. Untuk mencegah pasukan Pangeran Diponegoro di sekitar Sungai Citanduy. Embah Emas menentang perintah itu, dan beliau berpihak pada pergerakan Pangeran Diponegoro. Karena kemelut saat itu, Embah Emas beserta ke empat adiknya, tiga laki laki dan satu perempuan, pergi secara diam diam dengan diikuti oleh 40 kepala keluarga. Pelarian mereka menyusuri pantai Selatan Pulau Jawa dan selanjutnya menyusuri sungai Cikaso ke arah hulu. Sampailah disebuah peupeuntasan ( penyebrangan ), disitulah Embah Emas melakukan babat alas ( membuka wilayah ).
2. Embah Karangbolong
Embah Karangbolong nama aslinya adalah Raden Mas Martanagara. Dia adalah saudara laki laki yang pertama dari Embah Emas. Dalam pelariannya beliau menetap di Kampung Karadenan ( sekarang Cibitung ). Setelah meninggal kemudian dimakamkan di Karangbolong, hutan lindung jati.
3. Embah Cigangsa
Nama asli dari Embah Santri Dalem atau Embah Cigangsa adalah Raden Surianatamanggala. Dia adik Embah Emas. Dalam pelariannya Raden Surianatamanggala ini menetap di daerah Cigangsa ( Surade ) hingga ahir hayatnya.
Eyang Santri Dalem atau Embah Emas ini terkenal dengan ilmu kesaktiannya. Selain berilmu agama tinggi beliau memiliki ilmu Kanuragan yang tanpa tanding kala itu. Eyang Santri Dalem memiliki adik perempuan bernama Nyimas Suradewi. Beliau begitu sangat menyayangi adik perempuannya ini. Saat melakukan perjalan Nyimas Suradewi meninggal. Untuk mengenang adiknya itu Eyang Santri Dalem memberi nama wilayah kekuasaannya dengan nama Surade. Konon itulah cikal bakal nama Surade, sebuah kota kecamatan di Selatan Sukabumi.
4. Embah Bungsu
Raden Bratakusumah adalah saudara ketiga dari Embah Emas yang turut dalam pelarian ke daerah Jampang. Raden Bratakusumah dikenal dengan sebutan Embah Bungsu. Meskipun beliau adik laki laki terkecil namun saudara saudaranya begitu menaruh hormat kepada beliau. Tidaklah heran karena Embah Bungsu ini memiliki ilmu agama tinggi dibandingkan saudara lainnya.
Embah Bungsu membuka kampung dan menetap di hulu Sungai Cicurug Pamerangan ( sekarang kampung Purwasedar 2 Jampangkulon ).
5. Embah Beureum
Embah yang satu ini tidak ada ikatan persaudaraan dengan embah embah sebelumnya, namun kisahnya sangat erat kaitannya. Nama asli Embah Beureum adalah Brojonoto. Belian adalah seorang pemimpin pasukan yang diperintah Kompeni untuk mengejar Embah Emas dan saudara saudaranya. Konon dalam pengejarannya itu Embah Beureum bertarung hebat dengan Embah Karangbolong dan akhirnya Embah Beureum tewas meregang nyawa ditangan Embah Karangbolong. Embah Beureum alias Brojonoto kemudian dimakamkan disekitar Pantai Karangbolong.
Penulis: Jajang Suhendar