SUKABUMISATU.COM – Di banyak tempat, tak terkecuali wilayah Pajampangan, sarana hiburan bagi masyarakatnya di dekade 80 – 90 an tidak se ” wah ” seperti sekarang ini. Apalagi saat itu Pajampangan belum tersentuh instalasi listrik. Sarana hiburan dan informasi yang paling diminati kala itu adalah pesawat radio. Ini beralasan karena selain radio dinalai sebagai sarana hiburan terbilang simpel juga harganya terjangkau.
Pesawat Radio
Dekade 80-90 an radio menjadi sarana hiburan bagi masyarakat umum, karena masa itu belum banyak yang memiliki televisi, kalaupun ada acaranya terbatas dan chanelnya tidak banyak seperti sekarang ini. Adanya pesawat radio setidaknya masyarakat bisa mendapatkan informasi dan hiburan meski hanya dalam bentuk suara.
Ada kebiasaan unik yang biasa dilakukan oleh masyarakat ditatar Pasundan, termasuk dibagian Selatan Sukabumi ( Pajampangan ). Disetiap jam tertentu sejumlah warga selalu mendengarkan radio hanya untuk mengikuti acara favoritnya, yaitu dongeng Sunda. Sajian cerita dalam bentuk dongen ini seolah menjadi hal yang wajib didengarkan. Tak heran karenanya ada sebagian warga agar tidak ketinggalan acara siaran kesayangannya membawa pesawat radio ke sawah atau ke kebunnya. Bahkan ada yang tidak memiliki pesawat radio pun bisa mendengarkannya dengan menumpang di rumah tetangganya.
Di Kecamatan Surade, dahulu, ada dua orang warganya yang membuka usaha dengan mendirikan pemancar radio, sebut saja Nanang RS ( alm ) dan Ali Riswanda ( alm ). Kedua pemancar itu memiliki pangsa pasarnya masing masing. Nanang RS mengudara dengan brand RWKS ( Radio Wilayah Kecamatan Surade ), dan Ali Riswanda dengan Radio Gema Angkasa ( RGA ).
Keberadaan kedua pemancar tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, selain sebagai sarana hiburan juga sarana informasi dari mulai informasi hajatan, informasi resmi dari pemerintah juga untuk mengumumkan berita kematian.
Film Layar Tancap
Kehadiran film layar tancap di wilayah Pajampangan pada dekade 90 an perlahan lahan mampu menggeser pamor acara siaran radio. Dan kehadirannya mendapat tempat di masyarakat. Acara hiburan bersifat pandang dengar ini biasa digelar diacara acara hajatan, acara kenaikan kelas, dan acara lainnya. Bahkan bila digelar diacara hajatan bisa memakan waktu semalam suntuk. Tidak saja itu film layar tancap pun kadang digelar dilapangan yang sekelilingnya telah dipagari terpal, dan dipungut biaya. Cerita film yang banyak disukai masyarakat adalah jenis cerita silat, Jakarta Sembung, Si Buta Dari Goa Hantu, Saur Sepuh, dll. Untuk cerita drama musikal kehadiran film Rhoma Irama lah yang paling diterima.
Televisi
Ketika wilayah Pajampangan mulai tersentuh jaringan listrik, dan warga masyarakatnya pun banyak yang memiliki sarana hiburan televisi, perlahan lahan pamor film layar tancap mulai redup, apalagi di wilayah Pajampangan ketika itu berdiri pemancar televisi di dua tempat, Cibungur Kecamatan Surade dan di Cijati Kecamatan Jampangkulon. Seiring berjalannya waktu akhirnya sarana hiburan yang pada dekade 80-90 an menjadi favorit warga Pajampangan kini hilang diterpa derasnya arus modernisasi.
Penulis: Jajang Suhendar | Redaktur: Mulvi Mohammad Noor