SUKABUMISATU.COM – Sebuah patung penyu yang berada di Alun-alun Gado Bangkong, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, menjadi perbincangan hangat setelah ditemukan dalam kondisi rusak. Bagian tempurung patung tersebut bolong, memperlihatkan material di dalamnya yang disebut-sebut terbuat dari kardus dan bambu. Hal ini menuai kritik, terutama karena proyek pembangunan alun-alun tersebut dikabarkan menelan anggaran hingga Rp 15,6 miliar.
Menanggapi hal tersebut, pihak kontraktor proyek, PT Lingkar Persada KSO Adhi Makmur, membantah bahwa patung tersebut bernilai miliaran rupiah. Menurut perwakilan kontraktor, Imran Firdaus, patung penyu hanyalah ornamen yang dibuat dengan anggaran sekitar Rp 30 juta.
Material Fiberglass, Kardus Hanya untuk Cetakan?
Kontraktor juga menepis klaim bahwa patung itu benar-benar terbuat dari kardus. “Ornamen ini dibuat menggunakan resin dan fiberglass, material yang biasa digunakan untuk patung luar ruangan karena ketahanannya terhadap cuaca ekstrem,” ujar Imran.
Ia menjelaskan bahwa kardus dan bambu yang terlihat pada video viral bukanlah bagian dari struktur utama, melainkan alat bantu dalam proses pembuatan cetakan awal. “Secara logis, jika ornamen ini benar-benar dari kardus, tidak mungkin bertahan lebih dari satu tahun menghadapi hujan dan panas di pesisir,” tegasnya.
Imran juga menambahkan bahwa ornamen tersebut bukan untuk dinaiki oleh pengunjung. Namun, banyak wisatawan yang menaiki dan berfoto di atasnya, yang menyebabkan tekanan berlebih dan mempercepat kerusakan.
Fakta di Lapangan: Nilai Proyek Jauh Berbeda?
Di sisi lain, UY (38), seorang pengrajin fiberglass yang mengerjakan patung tersebut, mengungkap fakta lain. Menurutnya, ia hanya menerima Rp 10 juta untuk pekerjaan tersebut, bahkan dipotong Rp 1 juta.
“Kami sudah berusaha membuat sesuai anggaran yang diberikan, yakni Rp 9 juta. Padahal, saya sudah menawarkan RAB sebesar Rp 30 juta jika ingin menggunakan fiberglass kelas satu dan rangka besi,” kata UY kepada sukabumisatu.com. Rabu, (05/03/2025).
Namun, pihak yang memberikan SPK kepadanya menyatakan bahwa anggaran hanya Rp 10 juta. “Awalnya saya hanya ingin menolong karena proyek ini sudah mendekati tenggat waktu. Dan sudah saya jelaskan bahwa jika anggarannya hanya segitu, maka materialnya pun akan menyesuaikan, yakni rangka kayu dan kardus,” tutupnya.
Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar terkait pengelolaan dana proyek. Benarkah hanya Rp 30 juta dialokasikan untuk ornamen ini, atau ada perbedaan dalam distribusi anggaran? Hal ini masih menjadi sorotan masyarakat dan menunggu klarifikasi lebih lanjut dari pihak terkait.