SUKABUMISATU.COM – Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Udang merupakan komoditas unggulan ke 2 di sektor perikanan global saat ini dengan nilai ekspor USD 760 juta atau sekitar Rp 11,8 triliun diikuti oleh lobster di tempat ketujuh, dan rumput laut di posisi ke 11.
Hal ini sangat kontradiktif dengan kecemasan masyarakat pada Limbah Tambak Udang yang mengancam lingkungan. Agus Wahyudi selaku Project Manager PT. Berkah Semesta Maritim menjawab kecemasan warga dengan beberapa program yang dimiliki perusahaan yang berada dalam MBC Group tersebut.
Menurutnya kecemasan warga merupakan hal yang wajar terjadi didasarkan pada pengalaman dari kondisi tata kelola Limbah Tambak yang umum terjadi dimasa lalu. Namun Agus memastikan limbah tambak PT. BSM akan dikelola secara professional.
“Pertama yang harus kita luruskan adalah terkait zona pemanfaatan lahan yang kita manfaatkan itu hanyalah 60 hektar dari 98 hektar yang sudah kita plot,” ungkap Agus pada sukabumisatu.com. Minggu, (9/03/2025).
Menurut Agus, dari 60 hektar yang sudah dibersihkan tersebut hanya 38 hektar yang kemudian digunakan sebagai lahan tambak, sementara 15 hektar lainnya kita manfaatkan sebagai pengolahan Limbah, dan sisanya sebagai infrastrukur penunjang.
“Karena udang juga sangat sensitif terhadap cuaca, maka kami juga membutuhkan Greenbelt dan Ruang Terbuka Hijau sebagai Bio security dan buffering,” sambung Agus.
Untuk pengolahan Limbah (IPAL), setidaknya PT BSM membutuhkan 15 hektar lahan yang terdiri dari 5 jenis kolam sesuai tahapan pengolahan Limbah sebelum air dari tambak dibuang ke perairan umum (Laut).
“Tambak IPAL terdiri atas tambak sedimentasi, tambak aerasi dan tambak pengendapan serta tambak penampungan air tahap akhir. Dari 16 kolam Ipal kami juga akan gunakan metode Construted Wetland dengan menambahkan tanaman air seperti eceng gondok, penyertaan Ikan, rumput laut, dan tanaman rumput vertiver, ” paparnya.
Lebih lanjut Agus menjelaskan kolam pengendapan merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara biota yang bertujuan untuk mengurangi nutrien dari limbah sebelum air limbah dibuang ke perairan umum. Salah satunya kolam ini dapat dijadikan wadah budidaya kerang darah dan jenis ikan tertentu untuk mengurangi dampak limbah.
“Sumber limbah terbesar yang dihasilkan budidaya udang berasal dari sisa pakan tidak termakan, feses, dan organisme plankton yang mati sehingga ini yang nanti akan kita urai dan kita manfaatkan sebagai pupuk organik,” kata Agus.
Limbah dalam bentuk senyawa nitrogen (ammonia, nitrit dan nitrat) yang terbentuk dari proses dekomposisi bahan organik dalam konsentrasi tinggi mengandung racun bagi biota akuatik. Untuk itu PT BSM akan melakukan pengolahan air limbah terlebih dahulu sebelum dikembalikan ke lingkungan.
Dari penuturan Agus, kedepan PT BSM akan bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pemanfaatan limbah menjadi pupuk Organik. Dan masyarakat sekitar tambak akan mendapatkan manfaat dari pengolahan Limbah tersebut.
“Lumpur yang telah dikeringkan dan di komposkan akan digunakan sebagai pupuk organik di bidang pertanian dan untuk itu kami akan bekerjasama dengan IPB dalam pengolahannya, sebagai penerima manfaatnya tentunya adalah masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut Agus menjabarkan teknologi sirkulasi atau sistem pengairan di Tambak Udang BSM. “Ada 2 Teknologi pengelolaan air budidaya, pertama system semi closed re circulation dengan tingkat pergantian 10-20% yang memerlukan 142 kolam,” papar Agus.
Sementara yang akan di pakai pada system pengelolaan air limbah PT BSM adalah system closed re circulation (RAS) dengan tingkat pergantian air 0-5% dengan menggunakan 16 kolam saja, hal ini dinilai lebih efisien.
“Pembangunan PT BSM dilakukan secara bertahap, Komposisi tersebut tidak menutup kemungkinan akan berubah tergantung dari hasil research yang dikembangkan oleh PT BSM untuk tekhnologi RAS System ini,” ungkap Agus.
Secara khusus teknologi IPAL yg digunakan oleh PT BSM ini, memiliki paradigma baru, bahwa Tambak udang ini, bukan sebatas Beternak Udang, akan tetapi juga beternak air. Kerena system Water Re circulation dianggap lebih mengefisiensi penggunaan air dan sustainable serta mengedepankan aspek Lingkungan.