Kamis,13 Februari 2025
Pukul: 01:03 WIB

Kenali Stunting pada si Kecil: Penyebab, Dampak dan Cara Pencegahannya

Kenali Stunting pada si Kecil: Penyebab, Dampak dan Cara Pencegahannya

Rabu, 25 Januari 2023
/ Pukul: 13:39 WIB
Rabu, 25 Januari 2023
Pukul 13:39 WIB
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

SUKABUMISATU.COMStunting merupakan kegagalan seseorang dalam mencapai potensi pertumbuhan yang disebabkan oleh kekurangan asupan dalam waktu lama dan penyakit infeksi yang berulang seperti diare, infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan kecacingan. Stunting dapat membatasi kemampuan fisik dan kognitif anak secara permanen. WHO juga mendefinisikan Stunting sebagai gambaran gagalnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kurangnya gizi, penyakit infeksi yang berulang serta stimuluasi psikososial yang kurang memadai. Stunting juga disebut sebagai istilah pendek yang digunakan untuk menggambarkan ketidak tercapaian tinggi badan anak sesuai umurnya yang disebabkan karena mengalami kurang gizi menahun atau kronis. Terhambatnya pertumbuhan ini akan disertai dengan penurunan daya ingat, daya menilai, keterampilan sosial dan emosi yang dapat dilihat ketika anak masuk ke dalam usia pra sekolah.

 Berikut beberapa dampak yang akan dialami si kecil apabila ia mengalami stunting

  1. Dampak Jangka Pendek

Meningkatkan biaya kesehatan karena dapat meningkat angka kesakitan bahkan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak menjadi tidak maksimal.

  1. Dampak Jangka Panjang

Postur tubuh anak yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada umumnya, meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM), menurunnya kesehatan reproduksi, kemampuan dan performa belajar menurun serta dapat menurunkan produktivitas dan kapasitas kerja.

Pencegahan stunting dapat dilakukan sejak bayi dalam masa kandungan dan pada saat bayi lahir hingga ia berusia 2 tahun (1000 Hari Pertama Kehidupan) dengan pemenuhan asupan makan yang beragam dan bergizi.

Berikut Beberapa Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan:

  1. Pemenuhan gizi seimbang pada ibu hamil

Asupan gizi seimbang yang cukup selain untuk memenuhi kebutuhan asupan harian ibu juga berfungsi untuk proses pertumbuhan dan pembentukkan janin. Ibu hamil dapat mengkonsumsi beraneka ragam makanan. Untuk memenuhi kebutuhan harian, kementrian kesehatan menganjurkan ibu hamil disarankan konsumsi lauk pauk dari sumber hewani dan nabati 1/3 dari setengah piring, buah-buahan 1/3 dari setengah piring, sayuran 2/3 dari setengah piring dan sumber karbohidrat 2/3 dari setengah piring.

  1. Pemberian ASI Ekslusif
Baca Juga  Wabup Iyos Minta Intervensi Makanan Bernutrisi Lebih Ditingkatkan

Kekurangan asupan zat gizi diantaranya disebabkan karena tidak diberikannya ASI Ekslusif pada anak yang berusi 0-6 bulan dikarenakan ASI Ekslusif mengandung zat gizi yang baik dan lengkap untuk mencukupi kebutuhan asupan harian anak dalam menunjang pertumbuhannya sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Pemberian ASI Ekslusif berkaitan dengan asupan makan pada anak yang berusia 0-6 bulan.

Kementrian kesehatan mendefiniskan ASI Ekslusif sebagai tindakan pemberian ASI kepada bayi tanpa tambahan pemberian makanan, minuman termasuk air putih, sampai anak berusia 6 bulan.

  1. Pemberian MP-ASI ketika anak berusia 6 bulan

Makanan pendamping ASI diberikan pada anak yang sudah berusia 6 bulan, karena pada usia tersebut ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga dibutuhkanlah makanan lain untuk dapat memenuhi kecukupan harian anak. Untuk mengatasi defisiensi zat gizi pada anak maka diberikanlah makanan pendamping ASI yang harus disesuaikan jenis, tekstur, frekuensi dan porsi makannya.

  1. Asupan zat gizi

Gizi seimbang merupakan upaya penting yang harus kita penuhi setiap harinya, apabila salah satu asupan zat gizi si kecil tidak terpenuhi, maka ia akan jauh lebih beresiko mengalami stunting dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang memiliki asupan yang cukup. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara asupan zat gizi dengan kejadian stunting, salah satunya asupan energi erat hubungannya dengan kejadian stunting¸dimana anak dengan asupan energi rendah memiliki resiko 3,6 kali lebih besar terkena stunting dan anak dengan asupan protein rendah memiliki resiko 10 kali lebih besar mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki asupan cukup. Oleh karena itu, si kecil harus mendapatkan zat gizi yang beragam baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Apa saja zat gizinya?

Baca Juga  Dinasti Politik dan Korupsi

Zat gizi makro meliputi

  1. Karbohidrat

Sumber karbohidrat diantaranya: nasi, kentang, ubi, singkong, mie, bihun, soun

  1. Protein

Sumber protein digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan sumbernya, yaitu protein hewani seperti Ikan, telur, daging ayam, daging bebek, daging sapi, dan hati ayam atau sapi. Dan protein nabati seperti tahu, tempe, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau dan semua jenis kacang-kacangan.

Baik protein hewani maupun protein nabati, harus ada di piring si kecil setiap kali makan.

  1. Lemak

Sumber lemak diantaranya: minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak zaitun, margarin, mentega, alpukat dan kulit ayam.

Sedangkan zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral yang terdapat pada semua sayur dan semua buah-buahan.

  1. Pemantauan Pertumbuhan Anak

Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan agar orang tua dapat mengetahui setiap pertumbuhan sang anak. Pemantauan pertumbuhan juga dilakukan sebagai bentuk upaya deteksi dini anak mengalami kekurangan zat gizi atau keterlambatan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan di Posyandu maupun di Puskesmas.

  1. Lingkungan dan Perilaku Bersih Sehat

Penyakit infeksi secara tidak langsung dipengaruhi oleh beberapa hal seperti tidak adanya saluran air yang mengalir, sampah terbuka, tidak terdapat jamban di rumah, tidak tersedianya air bersih dan lingkungan yang kotor. Selain lingkungan praktik sanitasi dan higiene setiap anggota keluarga seperti rajin mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir sebelum makan dan setelah buang air, dan tidak merokok. Praktik sanitasi hygiene penting dilakukan karena penyakit infeksi dapat menular, sehingga seluruh anggota keluarga harus menerapkan praktik sanitasi higiene yang baik.

Baca Juga  Rebo Nyunda: Eksistensi Kedirian Orang Sunda

Pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya pencegahan stunting telah dibuktikan dengan penelitian yang menyatakan hasil bahwa terdapat hubungan antara praktik PHBS dengan kejadian stunting pada anak.

Kontributor: Nisfah Narda Adimar S.Gz (Mahasiswa Profesi Dietisien Universitas Esa Unggul)

RUJUKAN

Almatsier, S., Soetardjo, S. & Soekarti, M. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Edited

by S. Almatsier. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2011

Kementrian Kesehatan RI‘Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia’, in Kementerian

Kesehatan RI. Jakarta: Redaksi, pp. 1163–1178. 2018

Endang L Achadi, Anhari Achadi, Tiara Aninsita. Pencegahan Stunting Pentingnya Peran 1000 Hari Pertama. I. Depok: PT Raja Grafindo Persada. 2020

https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/062511-isi-piringku

Handika, A., Siti Rochmani. Hubungan PHBS dan ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaung Barat Kabupaten Tangerang. 2021

Permadi,  MR., Hanim, D.,  Kusnandar.   Faktor-Faktor  Yang  Berhubungan  Dengan  Kejadian StuntingPada Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Gizi Prima. 6(1):75-81. 2021

Rizal,S ., Miratul Haya, Tonny Cortis Maigoda. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anak Balita Stunting pada Keluarga Nelayan di Wilayah Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. 2022

 

Related Posts

Add New Playlist