Rabu,12 Februari 2025
Pukul: 20:24 WIB

Kenali Hipertensi Pada Lansia : Pencegahan dan Pengendalian yang Efektif

Kenali Hipertensi Pada Lansia : Pencegahan dan Pengendalian yang Efektif

Rabu, 22 Januari 2025
/ Pukul: 10:39 WIB
Rabu, 22 Januari 2025
Pukul 10:39 WIB
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Oleh : Angelina Pasaribu ( Mahasiswa Pendidikan Profesi Dietisien,  Universitas Esa Unggul )

Tekanan darah tinggi atau hipertensi telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2023, prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni sekitar 63,7% pada populasi berusia di atas 60 tahun. Hipertensi pada lansia merupakan kondisi di mana tekanan darah meningkat melebihi batas normal, dengan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Dr. Sarah Widodo, spesialis penyakit dalam dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, menjelaskan bahwa pembuluh darah lansia mengalami penurunan elastisitas seiring bertambahnya usia, yang membuat mereka lebih rentan mengalami hipertensi.

Penyebab Hipertensi pada Lansia

Selain faktor genetik dan usia yang tidak bisa diubah, berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi pada lansia. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer dan sekunder.

1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer yang masih belum diketahui penyebabnya secara pasti. Hipertensi primer merupakan tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Penelitian terbaru yang dipublikasikan (Relyta, 2023) mengungkapkan bahwa pola makan tidak sehat (terutama konsumsi garam berlebih), kurangnya aktivitas fisik (sedentary lifestyle), faktor genetik atau riwayat keluarga, dan tingginya tingkat stres menjadi pemicu utama hipertensi pada populasi lansia di Asia Tenggara. Faktor risiko tambahan yang perlu diwaspadai meliputi obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, dan kurangnya istirahat yang berkualitas.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh komplikasi dari penyakit atau kondisi lain. Beberapa penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut: penyakit ginjal seperti nefropati diabetik, sindrom conn (hormon aldosteron berlebih), sindrom cushing (hormon kortisol berlebih), masalah tiroid, obstructive sleep apnea, penggunaan narkoba dan produk tembakau (rokok, vape atau tembakau tanpa asap), mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti pil KB, antidepresan, obat antiinflamasi nonsteroid, dan lain-lain.

Gejala dan Tanda Hipertensi pada Lansia

Gejala hipertensi pada lansia seringkali bersifat silent killer karena tidak menampakkan tanda-tanda yang jelas. Namun, beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai meliputi sakit kepala terutama di bagian belakang, pusing, gangguan penglihatan, atau telinga berdengung. Pada kasus yang lebih serius, dapat terjadi sesak napas, nyeri dada, atau gangguan kesadaran. Penelitian multicenter yang dipublikasikan (Razi et al., 2024) menyoroti pentingnya pemeriksaan tekanan darah rutin, minimal sebulan sekali, untuk mendeteksi dini hipertensi pada lansia. Kesadaran akan gejala-gejala ini dapat membantu deteksi dini dan penanganan yang lebih optimal.

Baca Juga  Menengok Usaha Agar-agar Baskom Olahan Pasutri Lansia di Sukaraja Sukabumi

Mengatasi Hipertensi melalui Diet Dash

Aspek gizi memegang peran kunci dalam pengendalian hipertensi. Para ahli gizi merekomendasikan pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan rendah lemak jenuh.Dalam penelitian (Nortajulu et al., 2023) mengungkapkan bahwa lansia yang menerapkan pola makan DASH mengalami penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 8-14 mmHg dalam waktu tiga bulan.

Syarat Dan Prinsip Diet DASH :

1. Energi, Protein, lemak dan karbohidrat Cukup. Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol.
2. Berat badan >115% dari BB Ideal disarankan diet rendah kalori dan olahraga.
3. Natrium, dibatasi <2300 mg/hari (setara 1 sdt). Jika belum mencapai target, dibatasi hingga 1500 mg/hari.
4. Konsumsi kalium 4700 mg/hari. Konsumsi kalsium >800 mg/hari. Konsumsi magnesium sesuai kebutuhan harian
5. Modifikasi diet. Penderita hipertensi dengan penyakit penyerta (ginjal, diabetes, hati, dsb), maka syarat dan prinsip diet harus dimodifikasi sesuai kondisi penyakit

Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan

Media Edukasi Kegiatan DETEKSI

1. Makanan yang dianjurkan merupakan makanan yang alami dan segar. Diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, bumbu instan, dan sebagainya.
a. Tidak diproses: Tidak diubah atau dimanipulasi oleh produsen.
b. Utuh: Mengandung semua bagian alaminya, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein, dan lemak sehat.
c. Padat nutrisi: Kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, dan senyawa bermanfaat lainnya.
d. Dikemas secara minimal: Tidak dibungkus dengan kemasan atau aditif yang berlebihan.

Contoh makanan asli meliputi:
– Buah-buahan dan sayuran segar
– Biji-bijian utuh seperti beras merah, quinoa, dan roti gandum
– Protein rendah lemak seperti telur, ayam, ikan, dan kacang-kacangan
– Lemak sehat seperti kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, dan minyak zaitun
– Rempah-rempah dan bumbu untuk rasa, bukan gula atau garam tambahan

Baca Juga  Menengok Usaha Agar-agar Baskom Olahan Pasutri Lansia di Sukaraja Sukabumi

2. Makanan tidak dianjurkan, seperti makanan cepat saji (segala jenis gorengan, frozen food, keripik, kerupuk), saus instan (saus tomat, saus tiram, saus sambal), makanan yang diawetkan (acar, ikan asin, terasi, telur asin, manisan), makanan kalengan, MSG dan Ultra Processed Food (sereal, biskuit, mi instan, makanan kemasan lainnya)

Gaya Hidup CERDIK untuk Cegah Hipertensi

Kementerian Kesehatan RI memperkenalkan pendekatan “CERDIK” sebagai strategi pencegahan hipertensi yang mudah diingat dan diterapkan. CERDIK merupakan akronim dari: Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres. Dr. Ahmad Sulaiman dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia menekankan bahwa penerapan CERDIK dalam kehidupan sehari-hari dapat menurunkan risiko hipertensi hingga 40%. Implementasi CERDIK perlu disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan masing-masing lansia.

Pengendalian Hipertensi dengan Prinsip PATUH

Untuk pengendalian hipertensi yang sudah terdiagnosis, Kemenkes menganjurkan pendekatan “PATUH”: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, Tetap diet sehat dengan gizi seimbang, Upayakan aktivitas fisik dengan aman, dan Hindari faktor risiko seperti asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya. Studi yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (Pradono et al., 2020) menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap prinsip PATUH berkorelasi positif dengan penurunan tekanan darah pada pasien lansia. Program PATUH telah terbukti efektif dalam menurunkan angka kekambuhan hipertensi pada lansia.

Peran Aktivitas Fisik dan Manajemen Stres

Hasil peneliti dari (Arbi et al., 2024) menemukan bahwa kombinasi olahraga ringan seperti jalan kaki 30 menit sehari dengan pengaturan diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan pada 70% lansia yang diteliti. Aktivitas fisik yang direkomendasikan harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan lansia, dengan pengawasan dari tenaga kesehatan bila diperlukan. Manajemen stres melalui teknik relaksasi, meditasi, atau kegiatan sosial juga terbukti membantu pengendalian tekanan darah.

Baca Juga  Menengok Usaha Agar-agar Baskom Olahan Pasutri Lansia di Sukaraja Sukabumi

Dukungan Keluarga dan Masyarakat

Dukungan keluarga dan masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan pengendalian hipertensi pada lansia. Program pos pembinaan terpadu (posbindu) di tingkat kelurahan terbukti efektif dalam pemantauan dan pengendalian hipertensi. Keterlibatan aktif kader kesehatan dan keluarga dalam mendampingi lansia menjalani pola hidup sehat memberikan hasil yang lebih optimal dalam pengendalian tekanan darah. Peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat juga berkontribusi pada keberhasilan program pengendalian hipertensi pada lansia. Alternatif kegiatan untuk kendalikan hipertensi lansia, yaitu kegiatan DETEKSI (Diet Tepat Kendalikan Hipertensi) dan MENTARI (Mari Senam Atasi Hipertensi). Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan UPT Puskesmas Sukasari dan dijalankan di posbindu wilayah kerja UPT Puskesmas Sukasari, Kota Tangerang. Kegiatan DETEKSI berfokus pada edukasi terkait penjelasan mengenai hipertensi, diet DASH, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan. Sedangkan kegiatan MENTARI berfokus pada kegiatan senam untuk lansia dalam mengendalikan hipertensi.

Semoga artikel ini membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang hipertensi lansia.

Sumber

Persagi & ASDI. (2019). Buku Penuntun Diet dan Terapi Gizi (Ed.4). Jakarta: EGC

Arbi, F., Choiri, R., Pudjijuniarto, P., Mokhamad, ;, Bawono, N., Ananda, ;, & Bakti, P. (2024). Pengaruh Aktivitas Jalan Kaki Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), 71–81. https://doi.org/10.62383/quwell.v1i2.219

Nortajulu, B., Zainaro, M. A., & Trismiyana, E. (2023). Penerapan Anjuran Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Karang Anyar. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 6(7), 2659–2668. https://doi.org/10.33024/jkpm.v6i7.9974

Pradono, J., Kusumawardani, N., & Rachmalina, R. (2020). Hipertensi : Pembunuh Terselubung Di Indonesia. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. https://repository.kemkes.go.id/book/10

Razi, Y. F., Barlia, G., Suhariyanto, & Fittarsih, N. (2024). PENCEGAHAN HIPERTENSI MELALU EDUKASI TERSTRUKTUR CERDIK: RURAL AREA. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 8(2), 224–236.

Relyta, A. E. (2023). Systematic literature review: Hubungan pola makan, faktor stres, dan asupan natrium terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Nautical: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, 2(6), 421–426. https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/nautical/article/view/950

Related Posts

Add New Playlist