SUKABUMISUTU.com – Jalan Kabupaten penghubung 2 Desa di Mandrajaya Kecamatan Ciemas dikeluhkan warga. Pasalnya, sudah puluhan tahun ruas jalan kabupaten yang juga menjadi akses penunjang Pariwisata Geopark itu belum tersentuh perbaikan. Minggu (27/04/2025).
Dari informasi yang dihimpun, sudah sejak dulu status jalan di wilayah Desa Mandrajaya itu adalah jalan milik pemerintah kabupaten Sukabumi meliputi ruas jalan Mareleng – Citamiang dan Ciawet – Cikadal.
“Sebelum pemerintah Desa yang sekarang jalan disini sempat dialihkan jadi jalan Desa, makannya sempat ada sebagian pembangunan jalan waktu itu,” ungkap Syarif Jadol, tokoh masyarakat mandrajaya. Minggu, (27/04/2025).
Syarif mengatakan bahwa saat ini status jalan tersebut kembali berstatus jalan Kabupaten. “Kalau ditelaah dari cerita perjalanan itu, artinya pemerintah Desa Mandrajaya merasa jengah dengan tidak adanya pembangunan jalan di wilayahnya saat itu dan sampai sekarang, sehingga meminta perubahan status jalan Kabupaten ke Desa,” beber Syarif pada sukabumisatu.com.
Jalan tersebut juga menjadi akses utama perekonomian warga Mandrajaya yang notabene adalah petani dan nelayan. Pemerintah Desa Mandrajaya dan tokoh masyarakat sekitar mengaku sudah berulang kali mengusulkan perbaikan jalan, namun hingga saat ini belum ada respon dari Dinas Terkait.
“Sempat, pemdes disini pun akan memperbaiki dengan anggaran Desa, tapi mengingat anggaran Dana Desa Mandrajaya kecil, sehingga tidak bisa tercover persoalan infrastruktur, makanya statusnya dikembalikan ke status jalan Kabupaten,” ungkap Syarif.
Senada dengan Syarif, Dewi Rahma (17) salah satu pelajar asal Desa Mandrajaya ini juga mengutarakan isi hatinya. Dewi mengatakan bahwa wisata Geopark yang saat ini tengah di banggakan Pemerintah Kabupaten Sukabumi seharusnya di tunjang dengan Infrastruktur dan akses jalan.
“Kami warga disini terkesan tidak dianggap dan Desa Mandrajaya ini seperti Desa yang terisolir. Padahal Desa kami salah satu wilayah yang berada di zona inti Geopark Ciletuh yang diakui oleh negara lain yaitu UNESCO,” ungkapnya jengkel.
Dewi juga berharap jalan di Desanya ini segera diperbaiki, karena menurutnya selain warga dan wisatawan, para pelajar yang setiap hari melewati ruas jalan itu cukup merasa kesulitan meski mereka sudah menggunakan angkutan roda dua.

“Jalan ini akses utama pak, selain penunjang perekonomian buat kami disini termasuk pelayanan kesehatan dan pendidikan sering kali kami mengalami kendala, apalagi di musim hujan selalu banjir jalan yang kami lewati dan lumpuh mobilisasi di sini,” paparnya.
Ia juga mengungkapkan keinginan sebagian warga untuk melakukan aksi demonstrasi menuntut perbaikan jalan. (Aris)